Sabtu, 16 Oktober 2010

Kutu Loncat Jeruk Asia Diaphorina citri

Oleh: I W. Mudita dan R.L. Natonis

A.  Apa Itu Kutu Loncat Jeruk Asia dan Mengapa Penting?
Kutu loncat jeruk Asia adalah serangga berukuran kecil, sebagai-mana jenis kutu-kutuan lain pada umumnya. Serangga jenis kutu ini mempunyai nama ilmiah Diaphorina citri dan termasuk famili Psyllidae dari ordo serangga Homoptera. Serangga ini diberi nama kutu loncat karena bila kutu dewasa terganggu maka akan meloncat dengan cepat. Nama jeruk diberikan karena tanaman yang diserang adalah terutama jeruk, sedangkan nama Asia ditambahkan untuk membedakannya dengan kutu loncat jeruk jenis lain, yaitu kutu loncat jeruk Afrika yang nama ilmiahnya adalah Trioza erytreae.
Kutu locat jeruk Asia menjadi penting karena berperan sebagai vektor bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus, penyebab penyakit CVPD. Uraian mengenai penyakit ini dapat diperoleh pada brosur tersendiri. Sebagai vektor, kutu loncat jeruk Asia menularkan bakteri penyebab CVPD dari tanaman sehat ke tanaman lainnya sehingga tanaman yang mula-mula sehat kemudian menjadi sakit. Kutu dewasa mampu terbang aktif hanya dalam jarak yang dekat, tetapi dapat terbang pasif mengikuti angin menempuh jarak yang sangat jauh. Tanpa kemampuan sebagai vektor, serangga ini merupakan serangga hama yang tidak terlalu merusak.

B.   Bagaimana Mengenali Kutu Loncat Jeruk Asia?
Kutu loncat jeruk Asia berukuran kecil, panjang kutu dewasa hanya 3 sampai 4 mm. Sebagaimana serangga pada umumnya, kutu ini meng-alami metamorfosis (perubahan bentuk), tetapi metamorfosisnya tidak sempurna, yaitu dari telur menjadi nimfa dan kemudian langsung menjadi kutu dewasa (imago). Nimfa adalah serangga belum dewasa yang bentuk-nya tidak terlalu berbeda dengan serangga dewasa, berbeda dengan ulat yang bentuknya sangat berbeda dengan serangga dewasa, yaitu kupu-kupu atau ngengat. Untuk mengenalinya maka perlu diketahui ciri-ciri masing-masing, mulai dari telur, nimfa, sampai imago.
Telur berbentuk lonjong berwarna kuning terang, berukuran lebih kecil dari 0,25 mm, diletakkan pada ketiak daun pucuk yang belum membuka sempurna, terutama pada musim tanaman jeruk bertunas (Gb. 1). Telur menetas menjadi nimfa (Gb. 2) yang terdiri atas lima instar (tahap perkembangan). Kelima instar rupanya sama, tetapi ukurannya berbeda (Gb. 3). Nimfa berwarna oranye kekuningan, berukuran 0,25 sampai 1,7 mm, bergerak terus tetapi pelan, dan bila terganggu maka akan meninggi-kan bagian perutnya. Nimfa instar terakhir mempunyai calon sayap pada bagian punggungnya (Gb. 3 dan Gb. 4). Nimfa berbagai instar biasa ditemukan bergerombol pada pucuk (Gb. 4). Untuk membuang cairan lengket menjauh dari tubuhnya, nimfa kutu loncat jeruk Asia membentuk buluh berlilin (Gb. 5) yang biasanya terlepas dan bertebaran di permukaan daun yang berada di bawahnya.
Kutu dewasa atau imago mempunyai sayap sehingga mampu terbang. Imago berwarna cokelat gelap dengan loreng hitam (Gb. 6), hinggap dan menghisap cairan pada permukaan bawah daun (Gb. 7). Karena bentuk kepalanya yang berbentuk segitiga maka untuk menghisap, kutu ini harus mengangkat perutnya sehingga tampak menungging mem-bentuk sudut kurang lebih 45o terhadap permukaan daun. Bila merasa terganggu, kutu dewasa ini akan meloncat atau terbang dalam jarak dekat. 


Gb. 1. Telur pada pucuk
Gb. 2. Bentuk nimfa

Gb. 3. Perkembangan nimfa instar 1 sampai instar 5 yang serupa tetapi berbeda ukuran. Instar 1 (paling kiri) berukuran sangat kecil, sedangkan instar 5 (paling kanan) berukuran jauh lebih besar.


Gb. 4. Nimfa bermacam-macam instar bergerombol
Gb. 5. Buluh berlilin untuk membu-ang cairan lengket embun madu


Gb. 6. Kutu dewasa hinggap me-nungging dengan bagian kepala menempel dan pantat terangkat
Gb. 7. Kutu dewasa menggerombol di permukaan bawah daun muda pada tunas.
C.  Yang Mirip tapi Bukan Kutu Loncat Jeruk Asia
Pada tanaman jeruk dapat dijumpai beberapa jenis kutu sehing-ga untuk mengenali kutu loncat jeruk Asia perlu diketahui perbedaan-nya dengan jenis kutu lainnya. Ciri khas kutu loncat jeruk Asia adalah nimfa mengangkat perutnya bila diganggu, nimfa menghasilkan buluh berlilin untuk membuang cairan embun madu, dan imago hinggap dengan posisi menungging pada permukaan bawah daun. Tentu saja masih banyak ciri-ciri lainnya, yang terlalu teknis untuk diuraikan di sini, tetapi penting untuk identifikasi di laboratorium.
Jenis kutu lain yang juga terdapat pada jeruk dan dapat dikeliru-kan dengan kutu loncat jeruk Asia adalah kutu afis cokelat (Toxoptera citricida) (Gb. 1), kutu afis hitam (Toxoptera aurantii)(Gb. 2), kutu afis kapas (Aphis gossypii)(Gb. 3), kutu putih jeruk (Dialeurodes citri) (Gb. 4 dan Gb. 5), kutu putih sayap berawan (Dialeurodes citrifolii) (Gb. 6), kutu putih wool (Aleurothrixus floccosus)(Gb. 7), kutu hitam jeruk (Aleurocanthus woglumi)(Gb. 8), dan kutu putih biasa (Planococ-cus citri)(Gb. 9). Untuk membedakannya di lapangan, selalu perhatikan ciri-ciri khas kutu loncat jeruk Asia sebagaimana telah disebutkan di atas.




Gb. 1. Kutu afis cokelat
Gb. 2. Kutu afis hitam
Gb. 3. Kutu afis kapas



Gb. 4. Kutu putih jeruk
Gb. 5. Nimfa kutu putih jeruk
Gb. 6. Kutu putih sayap berawan



Gb. 7. Kutu putih wool
Gb. 8. Kutu hitam jeruk
Gb. 9. Kutu putih biasa

D.  Perkembangan Kutu Loncat Jeruk Asia
Kutu loncat jeruk Asia berkembang dengan cepat pada suhu 25 sampai 28oC, membutuhkan waktu hanya 13 sampai 19 hari dari telur sampai menjadi dewasa (telur menetas dalam 2 sampai 4 hari dan nimfa berlangsung selama 11 sampai 15 hari). Imago hidup selama beberapa bulan dan betina menghasilkan sekitar 800 telur. Bila tersedia pucuk jeruk secara terus menerus, kutu loncat jeruk Asua dapat mem-bentuk sampai 30 generasi dalam setahun. Akan tetapi, kemampuan kutu loncat jeruk Asia berkembang dipengaruhi oleh kelembaban, suhu, dan tanaman inang, khususnya ketersediaan pucuk sehingga jumlah generasi yang dihasilkannya biasanya lebih sedikit. Kutu loncat jeruk Asia tidak melakukan diapause (beristirahat berkembang), tetapi jumlahnya menjadi sangat berkurang bila tidak terdapat pucuk jeruk atau tanaman inang lain.
Kutu loncat Asia tidak dapat berkembang dengan baik pada bila udara sangat lembab maupun sangat kering. Pada udara yang sangat lembab, jamur akan mematikan sebagian besar nimfa. Sebaliknya, pada udara sangat kering nimfa akan mati karena kekurangan cairan. Kutu loncat jeruk Asia juga memerlukan udara hangat (antara 25 sampai 28oC), tetapi lebih toleran terhadap udara dingin daripada terhadap udara panas (masih bisa hidup pada suhu -5oC di Florida). Oleh karena itu, menganggap tanaman jeruk di dataran tinggi bebas dari kutu loncat jeruk Asia adalah sangat keliru. Mengenai tanaman inang, kutu loncat jeruk Asia hidup pada hampir semua jenis jeruk dan bahkan pada tanaman lain yang merupakan kerabat dekat jeruk (antara lain Citropsis schweinfurthii) maupun kerabat jauh jeruk (antara lain kemuning Murraya paniculata).

E.   Bagaimana Kutu Loncat Jeruk Asia Menularkan CVPD?
Kutu loncat jeruk Asia menularkan bakteri penyebab CVPD, Candidatus Liberibacter asiaticus, dari tanaman sakit ke tanaman sehat. Untuk dapat menularkan bakteri tersebut, kutu perlu menghisap cairan dari tanaman sakit selama 5 sampai 7 jam. Tahap perkembangan kutu yang dapat menularkan bakteri penyebab CVPD adalah nimfa instar 4 dan 5 serta kutu dewasa setelah 1 sampai 25 hari sejak selesai meng-hisap. Nimfa instar 4 dan 5 dapat mempertahankan bakteri yang ada di dalam tubuhnya sampai dewasa sehingga siap menularkan segera setelah mengalami pergantian kulit. Penularan bakteri ke tanaman sehat terjadi melalui saliva (cairan liur).
Kutu loncat jeruk Asia tidak dapat terbang aktif dalam jarak jauh sehingga tanaman yang paling berisiko tertular adalah tanaman sehat yang berada lebih dekat dari tanaman sakit. Oleh karena itu, sebaran tanaman sakit di lapangan cenderung mengelompok. Jangkau-an terbang efektif kutu ini perlu diketahui untuk pengambilan keputus-an pelaksanaan eradikasi. Di India, jarak 30 km dianggap aman, tetapi ti Vietnam tidak. Diperkirakan kutu loncat Asia dapat tertarik terbang lebih jauh pada siang hari yang cerah bila terdapat tanaman jeruk yang daunnya menguning karena berbagai sebab. Pada siang hari yang mendung, kutu ini tertarik terbang lebih jauh bila, oleh karena sebab tertertentu, tanaman jeruk mempunyai daun yang berwarna kuning kecokelatan.
Waktu yang diperlukan oleh kutu loncat jeruk Asia untuk me-nularkan penyakit CVPD berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Di Cina, kutu loncat jeruk Asia memerlukan waktu 5 tahun untuk me-ningkatkan jumlah tanaman sakit sebesar 14% dari semula berjumlah hanya 24 pohon. Diduga, penyakit CVPD yang ditularkan oleh kutu loncat jeruk Asia akan mencapai puncaknya setelah 2 sampai 4 tahun kemudian. Di tempat lainnya di Cina, tanaman sakit bertambah banyak 25% pada tahun kelima. Pada tahun ketujuh dan kedelapan tanaman menjadi tidak bernilai komersial lagi.

F.    Cara Lain Penularan CVPD
Selain dengan perantaraan kutu loncat jeruk Asia, bakteri pe-nyebab CVPD juga dapat menular melalui mata tempel yang diguna-kan untuk melakukan okulasi. Penularan melalui mata tempel terjadi bila mata tempel diambil dari tanaman sakit. Penularan melalui mata tempel bergantung pada ukuran mata tempel, cara penempelan, dan kemampuan bakteri menyebabkan penyakit. Mata tempel yang terdiri atas hanya bagian kulit batang dapat menimbulkan penyakit pada 50% dari bibit hasil okulasi, sedangkan mata tempel yang disertai dengan bagian berkayu dapat menimbulkan penyakit lebih banyak. Bila okulasi dilakukan dengan mata tempel dari tanaman induk sakit, dari 58% bibit yang hidup sampai pada umur 7 bulan, 20% di antaranya ternyata berpenyakit CVPD.
Mata tempel yang dapat menularkan CVPD bukan hanya yang diambil dari cabang yang menunjukkan gejala, tetapi juga yang diambil dari cabang yang tidak menunjukkan gejala pada pohon induk berpe-nyakit CVPD. Dalam waktu 3-9 bulan, persentase bibit hidup yang bergejala penyakit CVPD adalah 10 sampai 16% bila mata tempel diambil dari cabang tidak bergejala, tetapi persentase bibit bergejala penyakit meningkat menjadi 40% bila mata tempel diambil dari cabang bergejala dari pohon induk yang sama.
Penularan CVPD melalui mata tempel jauh lebih berbahaya daripada penularan dengan perantaraan vektor. Hal ini karena bibit yang ditangkarkan di dataran rendah dapat menularkan CVPD ke datar-an tinggi. Bibit lebih banyak ditangkarkan di dataran rendah karena dataran rendah cocok untuk pertumbuhan jeruk RL yang digunakan sebagai batang bawah. Selain memperoleh bakteri penyebab CVPD dari mata tempel, bibit yang ditangkarkan di dataran rendah juga dapat memperoleh bakteri CVPD melalui perantaan kutu loncat jeruk Asia, baik sebelum maupun setelah okulasi. Penularan melalui bibit bahkan menjadi semakin berbahaya bila untuk kepentingan bisnis anakan, keberadaan CVPD sengaja ditutup-tutupi.

Untuk memperoleh informasi lebih lengkap mengenai kutu loncat jeruk asia, silahkan menonton video berikut ini.

Tiny Insect Could Have Big Impact on California Citrus Industry


Detecting Asian Citrus Psyllid


How to Scout Asian Citrus Psyllids


Impact of Global Warming on Asian Citrus Psyllid


Exluding a Bad, Very Bad Citrus Pest

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India