Jumat, 01 Juli 2011

Pengembangan Sistem Deteksi dan Peringatan Dini Ketahanan Hayati Jeruk Melalui Implementasi Komunikasi Seluler dan SIG di Dataran Tinggi Timor Barat

Abstrak Tesis S2

Oleh:
Remi L. Natonis

Ir. Vincent Tarus, M.Sc., Ph.D., Pembimbing I.
Ir. R. Pellokila, M.Sc., Ph.D., Pembimbing II.

Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana

Ketahanan hayati tumbuhan (plant biosecurity) merupakan pendekatan baru untuk menjamin agar tumbuhan dapat aman (secure) dari gangguan yang ditimbulkan oleh berbagai organisme penggangu tanaman (OPT). Berbeda dengan PHT, dengan ketahanan hayati pengendalian OPT dilakukan bukan hanya OPT telah melintasi batas (border) dan berada di dalam batas (post-border), tetapi juga ketika masih berada di luar batas (pre-border). Dalam kaitan dengan pendekatan ini, sampai saat ini pemerintah, baik Pemerintah Provinsi NTT maupun Pemerintah Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU, belum mengakui keberadaan CVPD pada JKS. Dengan tidak mengakui keberadaan penyakit yang sangat berbahaya ini, pemerintah bukan hanya belum mengikuti perkembangan dalam menghadapi ancaman OPT, tetapi juga telah mengabaikan kebijkan nasional perlindungan tanaman yang didasarkan pada sistem PHT. Menurut sistem PHT, pemerintah perlu mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan ekosistem sebagai dasar pengambilan kebijakan perlindungan tanaman. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeteksi keberadaan CVPD pada JKS, mendorong partisipasi masyarakat untuk melakukan deteksi dini, dan kemudian, setelah data laporan deteksi dini oleh masyarakat dianalisis dengan bantuan SIG, menentukan tingkat partisipasi masyarakat melakukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan.

Penilitian ini dilaksanakan di kabupaten TTS, yaitu di desa Fatumnasi, desa Ajoebaki, desa Oelbubuk dan desa Binaus, dan di kabupaten TTU, yaitu di desa Lemon, sejak pertengahan tahun 2008 sampai Oktober 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian campuran (mixed methods research) untuk menggabungkan komponen kualitatif dan kuantitatif. Penggabungan kedua komponen tersebut dilakukan dengan menggunakan paradigma baru teori kritis (critical theory) sebagai paradigma yang mengedepankan keberpihakan kepada yang lemah untuk mendorong terjadinya perubahan. Penggabungan komponen kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan paradigma baru teori kritis tersebut dilakukan dengan rancangan model campuran kompleks transformatif paradigma baru (transformative, new paradigm complexl mixed model designs). Komponen penelitian ini mencakup pemahaman rona lingkungan, pemahaman permasalahan ketahanan hayati jeruk, perancangan sistem pakar, dan penggalangan partisipasi masyarakat. Data yang digunakan terdiri atas data primer yang dikumpulkan sendiri dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai pihak lain. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode yang sesuai untuk data kualitatif dan data kuantitatif, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dari sumber-sumber pemerintah maupun laporan penelitian lain. Data dianalisis dsesuai dengan karakteristik data dengan menggunakan teknik-teknik analisis kualitatif dan kuantitatif untuk data atribut dan dengan teknik analisis SIG untuk data spasial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen lingkungan fisik dan hayati di pusat produksi JKS di wilayah Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU sebenarnya sesuai untuk pengembangan JKS. Namun demikian, upaya pengembangan yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi NTT maupun pemerintah kedua kabupaten tersebut ternyata belum dapat memenuhi harapan yang paling mendasar dari masyarakat, yaitu jangan sampai JKS mengalami nasib yang sama dengan apel di kedua kabupaten tersebut. JKS ternyata bukan hanya menderita penyakit busuk diplodia dan busuk phytophthora, melainkan juga penyakit CVPD yang, ironisnya, justeru tidak diakui oleh pemerintah. Dengan tidak mengakui keberadaan penyakit ini, pemerintah terus dapat melaksanakan program pembagian bibit okulasi ke desa-desa dan juga memasarkan bibit yang sama ke luar daerah. Namun program pembagian dan pemasaran bibit okulasi ini justeru membantu menyebarkan CVPD secara diam-diam tanpa tersentuh oleh program pengendalian, sebagaimana halnya orang miskin tidak mempunyai KTP yang tidak mendapat pembagian beras untuk orang miskin (RASKIN) dan bantuan langsung tunai (BLT). Pada pihak lain, penelitian ini telah berhasil menunjukkan bahwa seandainya pemerintah bersedia mengakui keberadaan CVPD maka dapat dilakukan penggalangan partisipasi menyarakat untuk melakukan deteksi dini. Deteksi dini secara partisipatori ini dimungkinkan dengan dukungan pesan singkat untuk penyampaian laporan dari petani dan penyampaian rekomendasi kepada petani serta SIG untuk melakukan analisis data guna menghasilkan rekomendasi yang diperlukan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India